Abstrak
Penelitian
ini bertujuan menggambarkan pelanggaran kesantunan dari tuturan politisi Partai
Demokrat, Ruhut Sitompul. Dengan menggunakan analisis kesantunan Leech,
penelitian ini akan memperlihatkan bukti linguistik ketidaksantunan Ruhut dalam
program Kabar Petang di video youtube. Dari analisis video ini diketahui Ruhut
sering melakukan pelanggaran kesantunan. Tetapi pelanggaran ini dia lakukan karena
didorong beberapa alasan. Salah satunya emosi.
Kata Kunci :
Kesantunan, Ruhut Sitompul, Demokrat, Cikeas, Bu Pur
A.
Pendahuluan
Sebagai masyarakat yang menganut budaya
dari timur, sopan santun
menjadi bagian tak terpisahkan dari nilai kehidupan di masyarakat. Dengan sopan santun tersebut,
diharapkan interaksi bisa berlangsung dengan lebih baik. Menurut Baryadi (dalam
Pranowo 2005:71). Kesopanan bisa diwujudkan dengan dua cara dengan verbal
maupun non verbal. Verbal dengan tuturan sedangkan non verbal diamplikasikan
melalui tingkah laku terhadap orang lain. Setiap kelompok masyarakat punya
aturan tersendiri dalam menilai kesopanan seseorang. Seperti yang diungkapkan Baryadi (dalam Pranowo: 2005) bahwa sopan santun merupakan
seperangkat prinsip yang disepakati oleh masyarakat bahasa untuk menciptakan
hubungan yang saling menghargai antara anggota masyarakat pemakai bahasa dengan
anggota yang lain.
Tetapi
nilai kesopanan ini semakin lama semakin memudar. Hal ini terjadi seiring
dengan masuknya budaya asing yang memperkenalkan budaya barat yang jauh dari nilai
kesopanan yang dianut orang-orang timur. Nilai kesopanan yang telah
bergeser ini juga ikut diadopsi oleh para pejabat. Kemudian sebagai tokoh masyarakat,
di televisi para pejabat ini ikut mempertontonkan ketidaksantunan mereka dalam
berpendapat dan bersikap. Sebagian besar sikap dan tingkah laku ini mereka
terapkan sebagai wujud loyalitas terhadap kepentingan kelompok atau dirinya
sendiri. Salah satu politisi yang kerap
bermasalah dan menimbulkan kontroversi adalah politisi Partai Demokrat, Ruhut
Sitompul. Tidak jelas alasan partai
Demokrat memilih dia sebagai juru bicara partai padahal Ruhut seringkali
bermasalah karena ucapannya yang dinilai tidak pantas. Bahkan partainya sendiri
mengaku kalau Ruhut sering melontarkan kata yang tidak sopan seperti
yang dikatakan Sekretaris DPP Demokrat Farhan Effendy, "Dalam rangka
sama-sama menjaga demokrasi dan menghargai demokratisasi saya kira yang
dilakukan Ruhut memang kurang pas, sopan santun dalam berdemokrasi dan
berbangsa tetaplah penting," (Sindonews.com, 2013).
Terakhir ucapan Ruhut yang
dinilai tidak santun dipolisikan oleh pengamat politik Boni Hargens. Perdebatan
antara kedua orang tersebut di program Kabar petang TvOne pada 5 Desember
berbuntut panjang. Dengan
alasan penghinaan yang bernada rasis pengamat politik asal UI ini melaporkan
Ruhut ke polisi. Bahkan setelah
pelaporan pun hubungan mereka tak juga membaik. Bahkan Boni mengajak para
pegiat pro demokrasi lainnya mengadakan deklarasi ‘Partai Demokrat sebagai
partai Rasis’ dan meminta Ruhut meminta maaf (Tribunews.com, 2013). Perdebatan berbuntut panjang ini, bermula
dari kasus Sylvia Solehah atau Bu Pur yang dianggap terlibat kasus korupsi
proyek Hambalang. Terdakwa kasus Hambalang, Mindo Rosalina Manulang, mengatakan
bahwa keluarga SBY mengambil keuantungan juga lewat bantuan Bu Pur yang disebut
Mindo sebagai kepala rumah tangga di kediaman SBY di Cikeas. Ketika disidang,
Bu Pur mengakui kalau dia dekat dengan keluarga SBY, bahkan bukti SMS dengan
Ani Yudhoyono juga terkuak. Dengan membeberkan bukti ini tvOne dalam program Kabar Petang menghadirkan
pengamat politik, Boni Hargens dan juru bicara Demokrat, Ruhut Sitompul untuk berdiskusi terkait Hambalang.
Pada
acara tersebut, Ruhut tidak mengakui kenal dengan Bu Pur ataupun suami Bu Pur,
Ruhut juga berusaha melindungi partai, khusunya SBY dari serangan. Tetapi
sayangnya Ruhut melindungi
pendapatnya dengan banyak menyerang presenter maupun pengamat politik tersebut yang
dinilai rasis dan melanggar prinsip kesantunan. Kendati
begitu, sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menyebut Ruhut sebagai
orang yang tidak santun. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan menujukkan
bukti-bukti linguistik pelanggaran kesantunan yang Ruhut Sitompul lakukan
dengan mengambil contoh kasus dari perdebatannya bersama pengamat politik Boni
Hergens dalam wawancara segmen pertama di Kabar Petang tvOne pada 5 Desember
2013.
B.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
adalah metode yang berlandaskan pada pada filsafat postpositivisme digunakan
untuk meneliti objek alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci pengambilan
sample dan data (Sugiono 2009:15). Adapun langkah awal peneliti mengumpulkan
fakta dan data pada satu latar alamiah berupa tuturan-tuturan yang terdapat
dalam program Kabar Petang kemudian dikaitkan dengan konteksnya. Lalu peneliti memilih sample terkuat dari tuturan
Presenter, Ruhut Sitompul dan Boni Hargens. Kemudian dianalisis dengan prinsip dan skala ketidaksantunan
menurut Leech. Peneliti tidak memotong kronologis
diskusi tersebut dengan tujuan agar terlihat proses berkelanjutan sehingga tidak menghilangkan konteks dan
atau sebab terjadinya proses tuturan tersebut.
Dari proses tersebut, penelitian
akan terlihat proses
terbentuknya ketidaksantunan yang terjadi
terutama pada tuturan Ruhut. Penelitian ini
menghasilkan data dan bukti lingusitik berupa kata-kata lisan atau tuturan yang
dipakai oleh Ruhut Sitompul yang kemudian ditranskripsi sehingga menjadi data
tertulis disertai dengan konteks dan keterangan non verbal. Peneliti hadir sebagai seseorang
yang mengamati dan mengumpulkan data yang berupa tuturan terutama dari Ruhut
dan latar belakang munculnya tuturan tersebut. Kehadiran peneliti tidak diketahui
oleh subyek dan atau informan. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode penyimakan dan penulisan, yakni dengan menyimak penggunaan bahasa
oleh tiga penutur
dengan fokus pada
Ruhut Sitompul.
C
. Tolak ukur dan bentuk pelanggaran kesantunan Ruhut menurut Leech
Prinsip kesantunan Leech akan menjadi
dasar ukuran kesantunan Ruhut dalam wawancara tersebut. Leech dipilih karena
teori Leech dianggap mampu mempunyai kajian yang lebih lengkap dibandingkan
dengan teori lain. Dalam pengaplikasian teori Leech, kata-kata Ruhut akan
dikaji dari pelanggaran prinsip kesesantunan dan juga skala kesantunan sehingga
terlihat bukti linguistik ketidaksantunan politisi Demokrat tersebut.
Leech melihat kesantunan dari tiga peran
yaitu diri sendiri, orang lain dan orang ketiga. Dalam hal kasus ini Ruhut
sebagai orang pertama, Boni dan presenter ditempatkan sebagai orang kedua
sedangkan other atau orang ketiga ditujukan ke SBY. Adapun prinsip yang menjadi tolak ukur
kesantunan Ruhut adalah teori kesantunan Leech yang meliputi (Leech 1983: 131).
1. Maksim Kearifan (Tact
Maxim)
Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin
dan buatlah keuntungan untuk orang lauin sebesar mungkin.
2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin dan buatlah kerugian untuk diri sendiri sebesar mungkin
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Kecamlah orang lain sedikit mungkin dan
pujilah orang lain sebanyak mungkin.
4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan
kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
5. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
Usahakan agar ketaksepakatan antara diri
dan orang lain seminimal mungkin, kesepakatanan antara diri dan orang lain
sebanyak mungkin.
6. Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Kurangilah antipati antara diri dan
orang lain, perbanyak simpati antara diri dan orang lain.
Seperti yang terlihat ada beberapa maksim yang
dilihat Leech sebagai oposisi biner, seperti maksim kearifan (Tact Maxim) dan maksim kedermawanan (Generosity Maxim), begitu juga dengan
maksim pujian (Approbation Maxim) dan
maksim kerendahan hati (Modesty Maxim) Sehingga jika Ruhut melanggar maksim kearifan
maka otomatis Ruhut juga melanggar maksim kedermawanan. Konteks dalam diskusi
ini tidak mengikutsertakan maksim simpati karena tidak ada konteks yang merujuk
pada rasa simpati.
Selain melihat bentuk pelanggaran maksim
kesantunan, akan juga diperhatikan juga skala ketidaksantunan Ruhut di dalam
diskusi tersebut. Menurut Leech ada 5 skala kesantunan menurut Leech (1983:123-126).
a. Skala kerugian dan keuntungan (cost benefit scale)
Kesantunan bergantung dari besar
kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tidak tutur.
Semakin merugikan diri sendiri dan semakin menguntungkan orang lain maka
semakin santunlah orang tersebut.
b.
Skala pilihan (Optionality Scale)
Kesantunan bergantung dari banyaknya
pilihan yang ditawarkan penutur terhadap lawan bicaranya. Semakin sering dan banyak
memberikan pilihan maka semakin santunlah penutur tersebut.
c.
Skala ketidaklangsungan (Indirectness
Scale)
Semakin tidak langsung maka semakin
santunkah penutur. Sebaliknya jika penutur sering menggunakan kata langsung maka
semakin tidak santunlah dia.
d. Skala keotoritasan (Authority Scale)
Semakin
jauh status sosial maka semakin santunlah dia, Sebaliknya jika semakin dekat
status sosialnya dengan mitra tutur maka semakin penutur tidak santun.
e.
Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale)
Hampir
sama dengan skala keotoritasan, semakin jauh jarak sosial maka semakin santun
si penutur. Sebaliknya jika keduanya punya jarak sosial yang dekat maka semakin
tidak santunlah si penutur dengan mitra tutur.
Skala
ini diperjelas oleh penyebab ketidaksantunan penutur, seperti yang dikemukakan oleh
Pranowo dalam Chaer (2010) antara lain :
a.
Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar
Kata-kata kasar menentukan santun
atau tidaknya si penutur. Si penutur diharapkan mampu bereaksi dengan mengganti
kata-kata kasar tersebut dengan yang lebih halus.
b. Dorongan rasa emosi penutur
Sebaiknya penutur menjauhkan rasa
emosi kepada lawan bicaranya sehingga bentuk ketidaksantunan bisa dihindari.
c. Protektif terhadap pendapat
Protektif terhadap pendapat dilakukan
agar argumen lawan bicara tidak dipercaya oleh pihak lain. Tetapi hal ini
justru menimbulkan ketidaksantunan.
d. Sengaja menuduh lawan tutur
Terkadang penutur terpancing
emosinya dan menuduh lawan tutur berdasarkan kecurigaanya. Hal ini membuat si penutur
tidak santun.
e. Sengaja memojokkan mitra tutur
Penutur melakukan langkah ini agar
lawan tutur tidak berdaya atas perkataan penutur. Hal seperti ini dianggap
tidak santun.
D.
Hasil dan pembahasan analisis tuturan Ruhut
Dalam diskusi tersebut, semula Ruhut
tampak tenang menjawab, bahkan sambil bercanda Ruhut memuji dua presenter tvOne
sembari menjawab ucapan salam.
1. PP (Presenter Perempuan) : Sudah
hadir bersama kami di studi sudah ada Boni Hargens, pengamat politik, dan juga
Bung Ruhut Sitompul, juru bicara partai Demokrat. Selamat sore Bung Ruhut.
Ruhut : Selamat sore tvOne, Anggi, Boni
Hargens dan si ganteng.
Dari sini, rupanya Ruhut menginginkan ke
depannya diskusi tidak terlalu serius karena Ruhut menjawab salam sambil memuji
dan tersenyum. Tidak ada bukti linguistik yang memojokkan Ruhut, SBY atau
partainya. Di sini Ruhut telah menerapkan prinsip kesantunan dengan
memaksimalkan kerendahan hati untuk orang lain (Modesty Maxim) dan maksim pujian (Approbation Maxim), yaitu dengan menyebut si presenter dengan
sebutan ganteng. Tetapi ini juga bisa juga dikritik karena dibanding Anggi dan
Boni Hargens, mungkin Ruhut tidak mengenal presenter laki-laki tersebut.
Sehingga dia tidak menyebut nama tetapi daripada dia menyebutnya sebagai ‘orang
yang tidak dikenal’ maka dia lebih memilih mengasosiasikan presenter tersebut
dengan sebutan ‘ganteng’. Selain itu jika dari skala kesantunan, Ruhut
tampaknya punya jarak sosial yang dekat dengan Anggi dan Boni karena Ruhut
menyebut nama bukan dengan sebutan Bapak atau Ibu melainkan Anggi dan Boni
Hargens. Jika memang dekat hubungan Ruhut dengan Anggi dan Boni maka Ruhut
terhadap kedua orang tersebut cenderung tidak santun. Meskipun secara otoritas Ruhut punya status
soail yang lebih tinggi tetapi Ruhut menempatkan dirinya seakan tanpa jarak
sosial terhadap Boni dan Anggi.
Ruhut juga memenuhi kesantunan maksim kearifan
dan kemurahan sekaligus melanggar kedua maksim tersebut secara bersamaan,
seperti dilihat dari percakapan berikut,
2. PP : Bung Ruhut langsung saja, dulu
kita pernah berbincang tentang Bu Pur. Kalau dulu Bang Ruhut bilang tidak kenal
dengan Bu Pur, tidak sering ke Cikeas. Karena kan Bung Ruhut sudah ditunjuk
sebagai juru bicara Demokrat. Sudah ada informasi belum tentang Bu Pur?
R : Kalau tanya aku, aku enggak kenal. Jadi
tetap aku enggak kenal. Kalau dia pernah punya suami punya satu
leasing dengan Pak SBY, tadi kita dengar saja Julian Pasha juru bicara presiden
di istana. Jadi saya juru bicara partai Demokrat yang juga ketua umum
partai aku tetap enggak kenal.
Di sini Ruhut memaksimalkan keuntungan
baginya dengan mengatakan tidak mengenal Bu Pur. Jika dia mengenal Bu Pur maka
ada indikasi dia juga terlibat dengan kasus Hambalang. Oleh karena itu dua
menjawab tidak kenal untuk meminimalisir kerugian bagi dirinya atau dalam hal
ini, Ruhut melanggar maksim kemurahan dan maksim kearifan. Tetapi di lain pihak
Ruhut menunjukkan kesantunannya dengan memaksimalkan kentungan untuk pihak
ketiga yaitu SBY dengan menyebut ‘tadi
kita dengar saja Julian Pasha juru bicara presiden di istana’ yang
mengimplikasikan bahwa Julian mengatakan
SBY tidak kenal dengan Bu Pur. Dari
skala kerugian dan keuntungan tentu Ruhut mengedepankan keuntungan untuk
dirinya dengan mengatakan berkali-kali dia tidak mempunyai hubungan dengan Bu
Pur dan ini menyebabkan munculnya ketidaksantunan. Selain itu, tanpa ditanya
apakah dia mengenal Bu Pur, Ruhut langsung menjawab tidak kenal, kelangsungan
jawaban Ruhut ini tentu memicu munculnya ketidaksantunan.
3. PL : Tapi yang dikatakan Mindo ini
cukup serius, dia katakan tenyata uang hambalang kemana-mana. Selain
diperebutkan oelh Nazaruddin, uang yang mengalir ke Anas Urbaningrum ternyata
juga ada Bu Pur di situ, menurut Mindo, suaminya pernah jadi kepala rumah tangga
Cikeas. Ini artinya Hambalang sekarang
itu mulai menyerempet ke sana?
R :
Jadi saya ingin jelaskan enggak ada kepala rumah tangga di Cikeas,
kepala rumah tangga itu di istana. enggak
ada itu mengalir ke Cikeas. biasalah
kalau orang sudah bermasalah, apalagi kalau ku lihat ya apa-apa Cikeas, rupanya
yang orang-orang hitam-hitam itu,
takut banget ya kalau pak SBY dan
partainya 2014 masih betul-betul berperan karena kita tidak main-main
mencegah pemberantasan korupsi sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia. Mau
memperbaiki sistem ketatanegaraan yang ada di Indonesia. pokoknya ketakutan,
enggak apa-apa rakyat sudah cerdas, namanya orang bermasalah apa dia enggak
ngomong itu, jadi saya tahu itu enggak
bener semuanya.
Dalam percakapan tersebut Ruhut
melanggar maksim kesepakatan dengan si presenter. Ruhut membantah dan tisak
sepakat jika SBY terkait dengan Cikeas dengan bukti linguistik . “enggak ada itu mengalir ke Cikeas dan jadi
saya tahu itu gak bener semuanya”. Ruhut di sini berusaha melindungi pihak
ketiga dengan memojokkan pihak yang disebutnya dengan ‘orang-orang hitam “biasalah kalau orang sudah bermasalah,
apalagi kalau ku lihat ya apa-apa Cikeas,
rupanya yang orang-orang hitam-hitam itu, takut banget ya kalau pak SBY dan partainya 2014
masih betul-betul berperan”
4. Mungkin kebalik ini situasinya, bukannya orang orang itu yang ketakutan bisa jadi orang istana yang
ketakutan karena sudah mau selesai takut dibongkar semua kasus-kasusnya Bang ?
R : Aku
mau tanya lumpur lapindo itu warnanya apa, hitam kan. Sudah itu Boni Hargens
kullitnya hitam kan, belum lagi yang lain-lain banyak kok. Sebentar lagi Boni Hargens akan tajam itu,
pemuda Jerman itu mengkritisi silahkan tapi rakyat mencintai kami.
Ruhut mulai terpancing ketika presenter
memeberikan pertanyaan yang memojokkan dan
menuduh Ruhut dengan memberikan pernyataan langsung
dan mengedepankan kerugian bagi pihak istana yang Ruhut harus lindungi, dengan
mengatakan “Bukannya orang orang itu
yang ketakutan bisa jadi orang
istana yang ketakutan karena sudah mau selesai takut dibongkar semua
kasus-kasusnya Bang ?”. Pelanggaran kesantunan oleh presenter pada maksim
kearifan dan maksim kedermawan dengan skala pernyataan langsung ini membuat
Ruhut tidak bisa mempertahankan diri. Sebagai upaya protektifnya, Ruhut malah menyerang
Boni yang saat itu tidak sekalipun mengomentari Ruhut. Ruhut melakukan
pelanggaran maksim pujian dan kerendahan
hati dengan mengejek dan mengasosiasikan kulit Boni sehitam lumpur Lapindo
dengan bukti linguistik “Aku mau tanya
lumpur lapindo itu warnanya apa, hitam kan. Sudah itu Boni Hargens kullitnya
hitam kan”. Selain itu, Ruhut juga menuduh Boni akan mengkritiknya buruk,
seakan-akan teraniaya Ruhut meminimalkan keuntungan sekaligus memaksimalkan
keuntungan untuk dirinya “Sebentar lagi
Boni Hargens akan tajam itu, pemuda Jerman itu mengkritisi silahkan tapi rakyat
mencintai kami.”
5.
Percakapan semakin panas kala Boni Hargens mulai merasa tersinggung dengan
metafor yang dilakukan Ruhut untuk dirinya.
B :
Saya ingin mengomentari Bang Ruhut juga, saya agak sedikit bingung hari ini
dengan bang Ruhut ya? tadi kalimatnya
tidak cerdas.
R
: Kenapa bingung, kau memang tidak cerdas dari dulu kamu bingung sama aku
makanya kamu ambil doktor ke Jerman biar bisa ngimbangin aku. Enggak ada
gunanya lah ?
Boni membalas Ruhut dengan lebih santun
dengan menggunakan kalimat yang tidak langsung. Meski demikian, Boni akhirnya
mengejek Ruhut dengan mengatakan kalimat yang dikatakan Ruhut tidak cerdas.
Ketidaksantunan Boni mulai muncul yaitu melanggar maksim kerendahan hati dan
pujian. Dalam hal ini Boni juga melakukan kritik dengan kasar
yang menyebabkan Ruhut emosi sehingga keluar kata-kata tidak santun dari Ruhut.
Ruhut mempresepsikan bahwa Boni menganggap dirinya tidak cerdas langsung
terpancing emosi dan balas menjelekkan Boni dengan sebutan “kau memang tidak cerdas” dengan
menonjolkan keotoritasannya Ruhut kemudian menyambungnya dengan “Dari dulu kamu bingung sama aku makanya
kamu ambil Doktor ke Jerman biar bisa ngimbangin aku. gak ada gunanya lah ?” melalui kalimat
langsung ini Ruhut merendahkan Boni dengan makna percuma Boni belajar ke Jerman
karena masih kalah pintar dibanding Ruhut.
6. Ajang adu gengsi ini kembali
berlanjut dua orang narasumber tersebut saling sahut menyahut dan menyela
pembicaraan pihak yang lain.
B : Saya bingung apa maksudnya kalau lumpur lapindo memang hitam saya setuju
Bang.
R
: Memangnya kau cerdas, Jangan kau
biasakan bilang orang enggak cerdas memang kau cerdas?
Boni berusaha memperjelas maksud
hitamnya lumpur Lapindo yang ditunjukkan kepadanya dengan harapan anggapan dia
salah. Tetapi Ruhut tidak menanggapi apa yang Boni sampaikan Ruhut yang masih
sakit hati masih membalas Boni dengan ejekan kembali “Jangan kau biasakan bilang orang enggak cerdas memang kau cerdas?” Ruhut
kembali melanggar prinsip kesantunan maksim kerendahan ati dan pujiam.
7.
Presenter kemudian berusaha melerai dua orang tersebut dengan
mengembalikan pembicaraan kepada tujuan awalnya.
PP : Bung Ruhut maaf kita tidak bicara
soal kecerdasan orang ?
R
: Eh bukan, yang ngomong enggak cerdas itu kan Boni Hargens bukan Ruhut
Sitompul. Anggi lu objektif. jangan karena lumpur
lapindo kamu jadi tidak objektif. Enggak baik Anggi.
PP :
Tidak objektif dari mana, saya kan bertanya?
P: Yang ngomong tidak cerdas itu Boni bukan gue.
Oke silahkan Anggi.
Tetapi Ruhut yang kembali merasa
tersudutkan karena dianggap memicu konflik pun membalas “Eh bukan, yang ngomong enggak cerdas itu kan Boni Hargens bukan Ruhut
Sitompul. Anggi lu objektif.” Di
sini ruhut menyahut dengan kata-kata ‘eh’ seperti memanggil bawahan dengan
panggilan yang tidak santun dan menuduh Anggi, si presenter tidak
objektif. Presenter yang merasa Ruhut
salah paham kemudian mencoba meluruskan tetapi Ruhut kembali memperjelas kalau
yang memicu perdebatan bukan dia melainkan Boni Hargens dengan mengatakan
dirinya mengeluakan kalimat tidak cerdas. Bahkan Ruhut pun menyindir presenter
tersebut agar tidak dengan alasan kepentingan politik Abu Rizal Bakri dia
menyudutkan Ruhut. Pemakaian ‘lue’
dan ‘gue’ juga menujukkan
ketidaksantunan Ruhut di depan para penontonnya.
8.
Meski sudah sedikit reda, rupanya Boni yang masih tersinggung ingin
menunjukkan kembali sisi jelek Ruhut dengan memancing dan memojokkan Ruhut dan
hasilnya Ruhut kembali panas dan memperjelas isu rasis yang diucapkan Ruhut.
B : Ternyata
Bang Ruhut itu tidak cerdas, coba perhatikan kalimat abang tadi (sambil
tertawa). lumpur lapindo hitam kan, boni hargen kulitnya hitamkan ' itu cuma anak enggak sekolah yang ngomong gitu.
R : Ayo
lebih hitam mana? lebih hitam kau jauh?
B : kita lagi bahas hitam putih
hambalang. hitam putih istana, karena kasus ini melibatkan istana
R : Enggak
lah kami putih, kau ...
Boni melanggar kesantunan maksim
kerendahan hati dan pujian di sini sebagai upaya pembalasan terhadap Ruhut, dia
kembali menjelekkan dan mengkritik
Ruhut dengan kasar sampai mengumpamakan Ruhut
sebagai anak tidak lulus SD yang tidak cerdas meskipun pada kenyataanya Ruhut
telah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Bukannya menghindari topik itu, Ruhut malah
memperjelas warna kulit Boni “Ayo lebih
hitam mana? lebih hitam kau jauh?” rupanya analogi ini dipakai Ruhut untuk
memenuhi tema hitam putih Hambalang. Bukannya memenuhi dan membahas metafora
hitamnya (buruk atau jelek) Hambalang tetapi Ruhut justru mengacu hitamnya
(kulit) Boni seperti lumpur Lapindo. Setelah
Boni memperjelas tema tersebut, Ruhut yang emosi justru langsung membalas
dengan kalimat langsung dan kembali memojokkan Boni sebagai orang ‘hitam’ yang
berada di balik Hambalang. Dalam percakapan ini ketidaksantunan dibalas dengan
ketidaksantunan terutama dalam kerendahan hati dan pujian.
9. B : Bang Ruhut sebagai jubir Demokrat kepanasan saat saya belum ngomong.
saya heran, kenapa ada api membara di dalam Bang Ruhut ini
R :
Saya enggak panas, hati saya
selembut saja kau saja yang panas. hahaha Boni-Boni
B :
Mari kita berdiskusi jangan pakai ini, tapi pakai ini
R : ayo
ayo. mau pakai apa Boni
Meski keduanya terlihat emosi, tampaknya
Boni masih bisa mengendalikan amarahnya dibandingkan Ruhut yang kelihatan panik
meskipun belum ada pernyataan yang menyerang dari Boni terkait Hambalang. Boni
pun dengan kalimat tidak langsung dan secara santun bertanya pada Ruhut
sekaligus menyindirnya dengan cara yang halus. “Bang Ruhut sebagai jubir demokrat kepanasan saat saya belum ngomong.
saya heran, kenapa ada api membara di dalam Bang Ruhut ini” . Ruhut
menyanggah ucapan Boni meskipun Ruhut sedari tadi sudah berteriak dan memaki
Boni, Ruhut tidak memenuhi prinsip kesantunan kesepakatan dengan Boni, bahkan
dia menuduh Boni yang emosi. “Saya enggak panas, hati saya selembut saja kau
saja yang panas,” bahkan untuk menunjukkan kesalahan Boni, Ruhut kemudian mengejek Boni dengan
tertawa “hahaha Boni-Boni”. Boni
mengingatkan Ruhut untuk lebih pintar dalam menanggapi pertanyaan. “Mari kita
berdiskusi jangan pakai ini, tapi pakai ini”. Ruhut yang tidak senang diajar
oleh Boni menantang balik. “ayo ayo. mau
pakai apa Boni.”
10.Tetapi bukannya meredam, justru Boni
malah menujukkan kesalah Ruhut yang membuat Ruhut semakin panik.
B
: pertanyaanya adalah ini Bu Pur memang terima dana itu, lalu pertanyaan dari
Anggi dan kawan presenter ini apakah ini indikasi bahwa ada keterkaitan istana
dengan hambalang. Saya belum ditanya hal
itu Anda sudah panas. Jangan-jangan benar Anda bagian dari Bu Pur.
Ruhut ingin segera memotong penjelasan
Boni yang secara etika tidak sopan, apalagi dengan menyahut “eh,eh”. R : Jadi gini gini. eh eh Anda itu eh eh .
Di lain pihak Boni terus menyuarakan pendapatnya dan tidak terbendung. Namun
baru juga beberapa kalimat, Ruhut yang tidak sependapat langsung ingin
memotong. Tidak seperti yang sebelumnya, kali ini Ruhut gagal memotong. Sampai
dia mengeluh dan merasa dirugikan “Gak
aku dikasih ngomong enggak? jangan Boni saja yang dikasih ceramah? Sebab kesal dengan presenter yang tidak
menengahi dan membiarkan Boni terus bicara, Ruhut kemudian mengejek tvOne
sebagai bentuk amarahnya kepada presenter
“Berita 1 lebih cerdas dari tvOne. aku nanti dengan ahli hukum bukan dengan
orang-orang politik begini. Lagi-lagi ketidaksantunan terjadi, sebaliknya
Boni tak mau kalah ingin ikut memotong
sehingga Ruhut langsung menyahut untuk mendapat perhatian. “Eh eh masalah ini.
eh eh masalah hukum bukan masalah politik, jadi
perkataan Boni jangan kau dengarlah ini jangan kau politisir.”
Bahkan untuk memperkuat proteksinya terhadap SBY, Ruhut
meminta agar pemirsa dan presenter tidak mendengarkan perkataan Boni yang
dinilai Ruhut tidak paptu didengar. Sama seperti sebelumnya, Ruhut kembali
memojokkan Boni melalui pelanggaran kesantunan dengan memberikan kerugian dan
mengancam muka Boni.
11. Setelah Boni, Ruhut yang membaca
kekalahannya langsung memproteksi dirinya dengan mencari-cari kesalahan tvOne
yang dianggap salah memilih narasumber. Padahal sebagai juru bicara dia
harusnya bisa lebih bijak menaggapi pernyataan dari pengamat manapun. Tetapi
untuk mencegah dirinya dipojokkan terlebih dulu maka dia memilih memojokkan dan
menjelekkan orang lain yang mengancam kesantunan pujian dan kerendahan hati.
R : Hukum sama hukum dong jangan si
Boni. Kasih pengamat orang hukum jangan
orang politik. Jangan si Boni, ngapain orang politik kalian dikasih. lihat
nanti jam 6 aku akan berhadapan dengan orang hukum.”Di sini Ruhut menilai
pengamat hukum lebih relevan padahal dia sedang mencari alasan untuk bisa terus
mengalihkan esensi topik sebenarnya dengan cara berbuat tidak santun dan
merugikan dirinya tetapi menguntungakn bagi partai.
12. Kemudian Boni mengambil alih pertanyaan
presenter karena dua presenter tersebut sudah dipojokkan dan tidak bisa
memberikan pertanyaan lagi karena mereka sibuk mempetahankan diri atas tuduhan-tuduhan Ruhut. Boni
bertanya mengenai hubungan dia dengan Ruhut jawaban Ruhut “Aku gak tahu siapa dia, aku orang dekat istana tapi gak pernah lihat
dia di cikeas. hayo. apa saya
musti bilang demi tuhan Yesus. saya tidak kenal dia hah? saya tidak kenal dia.”
Sebagai
upaya proteksi, Ruhut kembali menegaskan tidak
mengenal Bu Pur, Penyangkalan Ruhut ini bukan untuk melindungi drinya sendiri
tetapi memberikan keuntungan sebesar-besarnya untuk SBY. Di sini Ruhut menantang Boni untuk
membuktikannya karena Ruhut telah bersumpah atas nama tuhan sehingga Ruhut
memastikan ujarannya benar “ayo! apa saya musti bilang demi tuhan yesus.
saya tidak kenal dia hah? . Boni yang telah membaca gelagar Ruhut sejak
awal mengatakan “Ya sudah itu kan tesis
Anda kita tidak menghakimi Anda di sini jadi enggak usah panas.”
Boni sudah bisa menyimpulkan kalau Ruhut sejak awal merasa terancam bukan hanya
pada pernyataan Boni tetapi pada pertanyaan si presenter. Di lain pihak Boni
pun mampu membongkar, memanfaatkan dan mempertontonkan kepanikan, emosi dan
ketidaksantunan yang merugikan Ruhut
pada akhirnya.
Presenter pria langsung memotong untuk
menutup segmen pertama diskusi di program Kabar Petang tvOne. Penelitian ini
hanya mengambil lingkup dari satu segmen diskusi tersebut, bukti
ketidaksantunan Ruhut bisa dilihat lebih kanjut di segmen selanjutnya. Meski
begitu di segmen ini sudah bisa memaparkan contoh dan bukti lingusitik
ketidaksantunan yang diucapkan Ruhut sebagai juru bicara Partai Demokrat.
E.
Kesimpulan
Dari ulasan panjang tersebut
bisa diketahui kalau Ruhut Sitompul paling banyak melanggar prinsip kesantunan
dibanding dua orang lainnya yakni presenter dan Boni Hargens. Prinsip yang
paling banyak dilanggar adalah prinsip kerendahan hati dan pujian. Ini
dibuktikan dengan seringnya ruhut menyebut orang Boni dengan sebutan tidak
cerdas, berkulit hitam dan implikatur lainnya yang bersifat mengecam,
menjelekkan dan mengancam muka lawan bicaranya. Seperti “Memangnya kau
cerdas, Jangan kau biasakan bilang orang
enggak cerdas memang kau cerdas? “
atau “Berita 1 lebih cerdas dari tvOne”.
Selain itu, ketidaksantunan
Ruhut juga ditunjukkan dengan banyaknya dia memakai kalimat langsung kepada
lawan bicara, menyela, menyahut dan berteriak kepada lawan bicaranya. Selain
kesantunan, Ruhut juga melanggar etika komunikasi dalam diskusi tersebut.
Sebagai anggota DPR dan ahli hukum, Ruhut juga terlihat beberapa kali
mengangungkap otoritas dan kecerdasannya yang dianggap lebih baik dari Boni
Hargens. “Dari dulu kamu bingung sama
aku makanya kamu ambil Doktor ke Jerman biar bisa ngimbangin aku. Enggak ada gunanya
lah ?” dan “Berita 1 lebih cerdas dari tvOne. aku nanti dengan
ahli hukum bukan dengan orang-orang politik begini.”.
Jika dilihat dari gestur, dalam
perbincangan Ruhut kerap kali memotong, menyahut dan memanggil lawan bicaranya
dengan sebutan ‘eh’ atau ‘elu’ saat
dirinya tdak diberi kesempatan berbicara atau merasa perlu memotong pembicaraan
lawan tuturnya. Begitu pun saat Ruhut menyapa presenter dengan sebutan ‘elu’ saat itu Ruhut merasa
diperlakukan tidak adil. Tentunya jika hubungan Ruhut dan lainnya dekat, sapaan
seperti ini tidak salah. Tetapi jika di hadapan masyarakat Ruhut melakukan hal
seperti ini tentu memberikan contoh yang buruk. Ruhut juga beberapa kali
menggunakan kata ‘ayo’ untuk
menantang keinginnan Boni. Perkataan ini kerap diucapkan seseorang ketika
hendak bertengkar dan menunjukkan keberaniannya.
Perlu dicermati juga mengapa
Ruhut mengeluarkan lebih banyak bukti lingusitik ketidaksantunan dibanding yang
lain. Dari teori sebelumnya disebutkan, ketidaksantunan terjadi karena Ruhut
didorong oleh banyak faktor. Pertama, Ruhut berkepentingan untuk memproteksi
atasannya SBY dari tuduhan korupsi Hambalang. Selain itu, tuturan Boni dan
presenter yang mengkritik dengan kasar, memojokkan dan menuduh SBY ikut
terlibat membuat emosi Ruhut meluap sehingga tak ayal Ruhut tak bisa
mengendalikan diri sehingga balik menyerang dengan perkataan yang tidak santun.
Contohnya seperti perkataan presenter “…Bukannya
orang orang itu yang ketakutan bisa
jadi orang istana yang ketakutan karena sudah mau selesai takut dibongkar semua
kasus-kasusnya Bang ? (menuduh) atau perkataan Boni Hargens “Ternyata Bang Ruhut itu tidak cerdas,
coba perhatikan kalimat abang tadi (sambil tertawa). lumpur lapindo hitam kan,
boni hargen kulitnya hitamkan ' itu cuma
anak gak sekolah yang ngomong gitu.” (mengkritik
dengan kasar).
Jika dilihat hubungan Ruhut,
Presenter dan Boni Harges, ketiganya sering menggunakan kata sapaan akrab
seperti menyapa Ruhut dengan sebutan ‘Bang’. Ruhut memanggil presenter dan Boni
dengan nama menjadi penanda mereka sudah saling mengenal dan dekat. Bahkan tak
canggung, ketika diskusi mulai mencapai klimaksnya, Ruhut yang menilai
presenter tvOne tidak objektif, langsung memanggil presenter tvOne dengan
memanggilnya dengan sebutan ‘lu’. Dia juga memanggil dirinya dengan sebuta
‘gue’ . dari kata sapaan dan panggilan tersebut bisa diketahui jarak sosial
mereka dekat, Ruhut sudah menunjukkan kedekatannya ini dari awal dengan menyapa
ramah ke presenter dan narasumber. Tetapi di tengah diskusi Ruhut tetap
mendudukan posisinya di atas yang lain, ini ditunjukkkan dengan banyaknya
pernyataan penegasan seperti “saya juru
bicara Demokrat” atau “percuma kamu
ngimbangin saya” kepada presenter
dan Boni Hargens.
Sehingga bisa disimpulkan, Ruhut tidak
bisa dipersalahkan sepenuhnya terhadap banyaknya ketidaksantunan pada dirinya.
Sebab banyak faktor yang mendorong dirinya berbuat seperti itu. Tetapi sebagai
pejabat publik, Ruhut tentu dituntut lebih arif dalam menyikapi tuduhan, kitik
dan pendapat yang disampaikan orang lain kepadanya. Jika dia punya strategi
komunikasi yang baik, dia bisa saja tidak terpancing tetapi menggunakan
pendapat defensif dengan tidak menyerang orang lain dan mempertontonkan
ketidaksantunannya. Hasil kurangnya pengendalian dua narasumber berikut
pertanyaan kurang santun dalam program Kabar Petang tersebut memberikan
kebingungan dan pengaruh buruk bagi masyarakat. Sebab mudah dan lazimnya
seseorang mengejek, menuduh dan mengkritik tajam dengan kalimat langsung,
parahnya itu dicontohkan pejabat pemerintah.
Referensi
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of
Pragmatics. London and Newyork : Longman
Baryadi, Praptomo. 2005. “Teori Sopan Santun Berbahasa” dalam
Pranowo, dkk.(Eds.). Bahasa,
Sastra, dan
Pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka
Cipta
Felisiani,
Therisia. 6 Desember
Zahra, Laela. 9 Desember
Kabar Petang ; 5 Desember
Ruhut Sitompul |
Transkrip debat Ruhut dan Boni Hargens.
Ruhut diwawancara di tempat yang berbeda dengan Boni. Ruht menjawab pertanyaan
dari Gedung MPR/DPR sedangkan Boni berada di studio tvOne bersama presenter.
Presenter Perempuan : PP
Presenter Laki-laki : PL
Ruhut : R
Boni : B
Proyek Hambalang jadi rebutan banyak
pihak, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disebut memiliki
kedekatan dengan Bu Pur, salah satu kubu yang disebut ikut berebut dalam proyek
Hambalang. Apakah benar Bu Pur memiliki kedekatan dengan Cikeas ? Lalu bagaiman
jejak Cikeas dalam mega proyek yang menjadi bajakan banyak pihak tersebut.
Sudah hadir bersama kami di studi sudah ada Boni Hargens, pengamat politik, dan
juga Bung Ruhut Sitompul, juru bicara partai Demokrat. Selamat sore Bung Ruhut.
R : Selamat sore tvOne, Anggi, Boni
Hargens dan si ganteng.
PP : Bung Ruhut langsung saja, dulu kita
pernah berbincang tentang Bu Pur. Kalau dulu Bang Ruhut bilang tidak kenal
dengan Bu Pur, tidak sering ke Cikeas. Karena kan Bung Ruhut sudah ditunjuk
sebagai juru bicara Demokrat. Sudah ada Informasi belum tentang Bu Pur?
R : Kalau tanya aku, aku enggak kenal.
Jadi tetap aku enggak kenal. Kalau dia
punya suami punya stau leasing dengan Pak SBY, tadi kita dengar saja Julian
Pasha juru bicara presiden di istana. Jadi saya juru bicara partai Demokrat
yang juga ketua umum partai, aku tetap enggak kenal.
PL : Tapi yang dikatakan Mindo ini cukup
serius, dia katakan tenyata uang Hambalang kemana-mana. Selain diperebutkan
oleh Nazaruddin, uang yang mengalir ke Anas Urbaningrum ternyata juga ada Bu
Pur di situ, menurut Mindo, suaminya pernah jadi kepala rumah tangga Cikeas.
Ini artinya Hambalang sekarang itu mulai menyerempet ke sana?
R :
Jadi saya ingin jelaskan enggak ada kepala rumah tangga di Cikeas, kepaa
rumah tangga itu di istana. enggak ada itu mengalir ke Cikeas. biasalah kalau
orang sudah bermasalah, apalagi kalau ku lihat ya apa-apa Cikeas, rupanya yang orang-orang hitam-hitam itu, takut banget ya kalau pak SBY dan partainya 2014
masih betul-betul berperan karena kita tidak main-main mencegah pemberantasan
korupsi sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia. Mau memperbaiki sistem
ketatanegaraan yang ada di Indonesia. pokoknya ketakutan, enggak apa-apa rakyat
sudah cerdas, namanya orang bermasalah apa dia enggak ngomong itu, jadi saya
tahu itu enggak bener semuanya.
PP : Bang mungkin kebalik ini
situasinya, bukannya orang orang itu yang ketakutan bisa jadi orang istana yang
ketakuan karena sudah mau selesai takut dibongkar semua kasus-kasusnya Bang ?
R : Aku mau tanya lumpur lapindo itu
warnanya apa, hitam kan. udah itu Boni Hargens kullitanya hitan kan, belum lagi
yang lain-lain banyak kok. Sebnatar lagi Boni Hargens akan Jtajam itu, pemuda
jerman itu mengkritisi silahkan tapi rakyat mencintai kami.
B : Saya ingin mengomentari Bang Ruhut
juga, saya agak sedikit bingung hari ini dengan bang Ruhut ya? tadi kalimatnya
tidak cerdas.
R : Kenapa bingung, kau memnag tidak
cerdas dari dulu kamu bingung sama aku makanya kamu ambil doktor ke Jerman biar
bisa ngimbangin aku. Enggak ada gunanya lah ?
B : Saya bingung apa maksudnya kalau lumpur lapindo memang hitam saya setuju
Bang.
R : Memangnya kau cerdas, Jangan kau biasakan bilang orang enggak cerdas
memang kau cerdas?
PP : Bung Ruhut maaf kita tidak bicara
soal kecerdasan orang ?
R : Eh bukan, yang ngng enggak cerdas
itu kan bon hargen bukan ruhutsitompul. anggi lu objektif. jangan karena lumpur
lapindo kamu jadi tidak objektif. gak baik anggi.
PP : Tidak objektif dari mana, saya kan
bertanya?
P: Yang ngomong tidak cerdas itu Boni
bukan gue. Oke silahkan Anggi
B : ternyata Bang Ruhut itu tidak
cerdas, coba perhatikan kalimat Abang tadi (sambil tertawa). lumpur lapindo
hitam kan, Boni Hargen kulitnya hitamkan ' itu cuma anak enggak sekolah yang ngomong
gitu.
R: Ayo lebih hitam mana? lebih hitam kau
jauh?
B : Kita lagi bahas hitam putih
hambalang. hitam putih istana, karena kasus ini melibatkan istana
R : Enggak lah kami putih, kau ...
B : Bang Ruhut sebgaia jubir Demokrat
kepanasan saat saya belum ngomong. saya heran, kenapa ada api membara di dalm
Bang Ruhut ini
R : Saya Enggak panas, hati saya
selembut saja kau saja yang panas. hahaha Boni-Boni
B :
Mari kita berdiskusi jangan pakai ini, tapi pakai ini
R : Ayo ayo. mau pakai apa Boni
B : Pertanyaanya adalah ini Bu Pur
memang terima dana itu, alalu pertanyaan dari Anggi dan kawan presenter ini
apakha ini indikasi bahwa ada keterkiatan istana dengan Hambalang. saya belum
ditanya hal itu Anda sudah panas. Jangan-jangan benar Anda bagian dari Bu Pur.
R : Jadi gini gini. eh eh Anda itu eh eh
B : Satu Bu Pur bisa saja main sendiri
siapaun bisa mengklaim bisa mengenal SBY dengan baik ketika Anda merampok bisa mengatasnamakan nama presiden, untuk
kepentingan Anda sendiri dan itu bisa terjadi pada Pur. Yang kedua memang orang
ini menjadi bagia sistem korupsi ada
peran tertentu yang harus dia jalankan. Dalam dua kasus dia terbukti memang. Kemudian
pertanyaanya adalah mungkin enggak dia bekerja sendiri dalam dua kasus sudah terbukti jangan-jangan mungkin
dia bagian dari sistem. Sehingga Anda
bisa menjawab dimana letak kepastian istana tidak terkait ,jika tesis saya
benar.
R : Enggak aku dikasih ngomong gak?
jangan Boni saja yang dikasi ceramah?
aku td diberita satu, berita 1 lebih cerdas dari tvOne. aku nanti dengan
ahli hukum bukan dengan orang-orang politik begini. eh eh maslaha ini. eh
eh maalah hukum bukanmasalah politik,
jadi perkataan Boni jangan kau dengarlah ini jangan kau politisir.
PL : tidak dipolitisir Bang Ruhut,
justru kami mengundang Bang Ruhut, enggak kami jelaskan dulu Bang Ruhut. karena
Bang Ruhut ditunjuk sebagai juru bicara demokrat. kita mau mintai komentar soal
Bu Pur Bang Ruhut.
R : Hukum sama hukum dong jangan si
Boni. kasih penganmat orang hukum jangan orang politik. jangan si Boni. Nagapain
orang politik kalian kasih. Lihat nanti jam 6 aku akan berhadapan dengan orang
hukum
PP : Bang ruhut maaf saya potong petang
harui ini kita mau berdsikusi ini terkait dengan politik banyak digunakan juga
untuk berpolitik. makanya kita undang Bang Ruhut untuk berdiskusi.nanti kita
lanjutkan lagi soal Bu Pur ini,
R : Wah jadi kita bukan bicara hukum. Ayo ayo. tapi jangan. ini masalah hukum kita
bicara masalah hukum
B: Memang Bu Pur yang meurut Anda tahu kayak gimana bang
ruhut?
R : Aku enggak tahu siapa dia, aku orang
dekat istana tapi enggak pernah lihat dia di Cikeas. ayo. apa saya musti bilang demi tuhan Yesus. saya
tidak kenal dia hah? saya tidak kenal dia.
B : Ya bagus kalo anda tidak mengenal
berarti Anda mau bilang Bu Pur tidak bekerja untuk istana kan.
R : Ya meamg betul tidak.
B : Ya
sudah itu kan tesis anda kita tidak menghakimi Anda di sini jadi enggak
usah panas.
PP : kita lanjutlan lagi nanti
R : Ya sudha kalo gitu bagus. terima
kasih terima kasih sahabatku
Comments
Post a Comment