PKI yang mati

Masih lekat dalam ingatan Tinus saat sejumlah orang bersenjata tajam beramai-ramai mengobrak-abrik dan membakar markas Comite Central Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Takut menghadapi massa yang beringas, pedagang yang sudah berdagang sejak tahun 1965 ini lari kocar-kacir ke arah Kenari.

"Ada dua truk orang bawa senjata sebesar ini serang dan bakar, ngeri saya lari ke Kenari. Semua orang di sini lihat doang gak ada yang ngamanin," ujar pedagang loak yang berjualan sejak tahun 65 ini kepada merdeka.com, di Jakarta, Minggu (30/9).

Bukan hanya melihat peristiwa kebakaran, Tinus juga melihat para tentara keluar masuk pasca-pembakaran. "Pos di sini jagain di sini lama. Tapi waktu pembakaran untungnya pagi jadi belum ada orang," pungkas bapak berumur 82 ini mengenang.

Kini, bangunan yang dulu berdiri jumawa kini seakan tak bernyawa. Seperti si empunya yang dihabisi tanpa membalas, gedung ini kusam, dengan jendela pecah di mana-mana. Tak jelas nasibnya.

"Katanya sudah dibeli hotel Acacia mau dibuat restoran tapi sampai sekarang belum," kata Tinus.

Dia mengatakan, gedung tak terawat itu juga sering menjadi tempat uji nyali bagi mereka yang mengaku pemberani.

"Tapi saya jarang digodain karena sudah kenal dan sering nginep di sini," tutupnya.

http://www.merdeka.com/peristiwa/menengok-markas-pki-yang-telah-mati.html

Markas PKI di Salemba

Sudah sering lewat kramat raya, tapi baru 'ngeh' ini adalah markasnya Aidit  CS...
Waktu itu bertepatan dengan 30 September 2012, di siang yang terik 'teror' dari kantor terus-terusan minta agar saya melihat lagi markas PKI.

Ternyata.... tak  yakin satu dua kali mondar mandir di depan bangunan mengenaskan ini. Pertama dipikir ini "salah pasti salah", persoalannya disebelahnya berdiri tegap hotel mewah. Aneh harusnya pengusaha ga ada yang membiarkan tanah luas ini terlantar. Lalu tanya-tanya dan benarlah ini dia si bangunan yang konon disebut-sebut gagah di zamannya.

Persoalan yang lain datang, dengan perut keroncongan harus tahu siapa yang pernah lihat bangunan  ini dibantai. Tapi tidak sulit ternyata dua bapak tua dengan senang hati menceritakan semua. Meski harus pasang kuping baik-baik untuk mendengarkannya karena giginya sudah tak ada jadi bicaranya sulit karena kempos.

Dapat sudah berita ciamik, sembari makan siang justru malah terus kepikiran dua bapak tua yang kerjanya cuma pedagang alas kaki bekas, yang satunya tukang sol.

Lebih teriris hati ini dibandingkan lihat bangunan bekas PKI. giamna tidak, perjuangannya tidak mudah, Pak Tinus harus berkali-kali diusir satpam gara-gara tidak boleh tidur di bangunan tua itu meskipun si 'pemilik' sebenarnya merestui hehehe.

Alhasil dua kantung ayam goreng mas mikun jadi hadiah buat mereka makan malam nanti, Semoga Bapak itu terus mengenang sejarahnya yang berharga untuk diceritakan ke anak cucunya.

Comments