5 Makanan yang tidak boleh Anda lewatkan di Sulawesi Selatan

Berkunjung ke Tana Toraja dan Makassar selama kurang dari seminggu memang tidak cukup untuk menikmati kekayaan kuliner Sulawesi Selatan, khususnya kuliner di daerah terkenal seperti di Makassar, Enrekang dan Tana Toraja.

Tapi setidaknya, waktu sedikit itu harus dimanfaatkan untuk membiarkan lidah mendapatkan cita rasa lain di Pulau Celebes ini. Ada 5 makanan yang begitu menarik perhatian dan pastinya tidak boleh dilewatkan ketika Anda berkunjung ke Sulawesi Selatan

1. Kerupuk Dangke

Danke atau yang sering disamakan dengan keju Eropa ini adalah produk olahan yang paling terkenal di Kabupaten, Enrekang. Dangke terbuat dari susu sapi yang dicampur dengan garam pepaya dan buah nanas kemudian direbus. Dangke juga bisa diolah menjadi kerupuk. Kerupuk yang dihasilkan ini rasanya manis gurih dan tentunya sehat.

Sulit memang menemukan kerupuk ini di luar Enrekang, namun kini beberapa pejabat daerah Enrekang mulai memberikan bantuan dana dan kesempatan untuk usaha kecil pembuatan dan pemasaran Dangke lebih berkembang. Hasilnya, bukan hanya orang Enrekang, Sulawesi atau Indonesia yang bisa terpikat Danke. Bahkan negara-negara  seperti Jepang, Cina dan negara tetangga lainnya tak mau kalah menikmati gurihnya Dangke.  Kerupuk Dangke dijual dengan harga berkisar Rp 15.000 hingga Rp. 30.000 sesuai kemasan, sedangkan untuk Dangke yang mirip keju, wisatawan biasaya jarang menemukannya kecuali di tempat-tempat tertentu atau memesannya secara khusus.


2. Pa'piong

Pa'piong adalah satu masakan khas Tana Toraja yang jangan Anda lewatkan. Selain dimasak dengan cara yang unik, pa'piong juga memakai bahan-bahan yang tidak biasa. Ada tiga jenis pa'piong yang disantap orang Toraja, yaitu ayam pa'piong, babi pa'piong dan kerbau pa'piong. Bahan dasar pa'piong tergantung juga dengan nama pa'piong tersebut. Dalam kesempatan lalu saya berkesempatan menyantam ayam pa'piong.

Sekilas saya lihat proses pembuatannya, yaitu daging ayam beserta bumbu-bumbu seperti sayur, garam, jahe dan bawang putih dicampur lalu dibungkus dengan daun pisang. Kemudian dimasukan ke dalam bambu, bambu-bambu itu dan dibakar. Alat pembakaran yang mereka gunakan juga tediri dari beberapa kayu penyangga yang bisa dibongkar pasang.

Selain itu sayur yang digunakan terbilang tak biasa, saat itu ayam pa'piong yang saya makan dihidangkan dengan irisan batang pohon pisang yang diiris bersama potongan cabai. Selain itu rupanya pa'piong juga dicampur dengan sayur pengganti lainnya seperti bulunagko dan nangka muda. Pa'piong terasa amat nikmat ketika disantap dengan nasi panas dan teh manis atau kopi Toraja bersama teman dan kerabat.



3. Coto Makassar

Coto atau soto Makassar tentunya sudah tidak asing bagi sebagian orang Indonesia. Coto ini memang khas dari Makassar yang bercita rasa kuat. berbeda dengan soto lainnya, bumbunya beraneka ragam serta berbahan dasar dari berbagai bagian sapi mulai dari jeroan, lidah, paru dan juga daging. Coto ini biasanya disajikan dengan lontong atau ketupat kecil yang disebut dengan burasa. Saat menyantap makanan ini saya sebenarnya kurang puas karena selalu disajikan di dalam mangkuk kecil dan porsi yang sedikit.


4. Es pisang Ijo

Selain Coto Makassar, es pisang Ijo juga menjadi es yang paling sering dinikmati bukan hanya di Makassar tapi manisnya es ini telah meluas seantreo Indonesia. Es pisang Ijo adalah es yang terbuat dari campuran pisang yang diselimuti adonan tepung sagu berwarna hijau kemudian dicampur dengan es, bubur sum-sum dan sirup merah.

Nikmat es ini semakin bertambah jika disantap di siang hari. Selain menyegarkan es pisang ijo juga mengenyangkan apalagi di Makassar es jenis ini disajikan di dalam mangkuk besar



5. Pisang Epe

Pisang epe atau pisang yang dijepit (epe) adalah kuliner yang harus masuk daftar kuliner Anda saat Anda pergi mengunjungi Makassar. Kuliner ini terbuat dari pisang kepok yang dipanggang kemudian dijepit dengan papan lalu diberi keju dan kuah beraneka rasa. Mulai dari coklat, keju, durian dan lainnya. 

Lucunya, gerobak pedagang epe bisa ditemui di sepanjang pantai Losari dengan jarak yang amat berdekatan. Mungkin di sana adalah tempat yang dianggap paling asyik menyantap pisang epe karena ditemani semilir angin yang berembus di pantai Losari. Sehingga para pedagang Epe berjajar di sepanjang jalan tersebut.


Comments