Sejarah Diplomasi Jepang

Diplomasi adalah hubungan politik luar negeri antar dua negara yang berdaulat dan merdeka untuk kepentingan negaranya masing-masing dan sebagai bentuk pengejahwantahan politik dalam negerinya. Unsur-unsur yang dipertahankan dalam berdiplomasi adalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan militer. Unsur-unsur tersebut penting karena unsur tersebut juga merupakan komponen dalam suatu negara selain IT dan penduduk. Jika dikaitkan dengan diplomasi yang dilakukan Jepang tentunya berbeda-beda setiap zamannya tergantung dari sistem politik negeri yang diterapkannya. Misalnya pada tahun 1632 Jepang memberlakukan diplomasi tertutup (Sakoku) kemudian pada tahun 1868-1945 Jepang menerapkan sistem politik luar negeri yang berbasis militer hingga kemudian memutar haluan sistem politiknya ke bidang budaya, sosial dan ekonomi.   




Sejak restorasi Meiji, terjadi kekhawatiran pada kolonialisme yang mungkin saja menimpa bangsa mereka. Dilatarbelakangi hal tersebut Jepang berpikir bahwa jika mereka tidak ingin dijajah dan ingin setara dengan bangsa barat, mereka harus mampu menyaingi teknologi dan ilmu pengetahuan dengan cara mengirim pemuda pemudi Jepang belajar ke luar negeri untuk menimba ilmu. Tak hanya itu pembaharuan di bidang pemerintahan dengan menempatkan pemuda-pemuda terpelajar di posisi penting pemerintahan membuat negara mampu membuat kebijakan-kebijakan nasional yang baik Setelah dilakukan pembaharuan terutama di bidang pendidikan dan pemerintahan, membuat Jepang kaya akan produk yang baik tetapi barang-barang tersebut dilarang pemasarannya oleh Barat sehingga mengakibatkan Jepang sakit hati. Kemudian Jepang memutuskan untuk menempuh cara militer seperti yang dilakukan Barat.    


Indikator dari keberhasilan Jepang adalah kemandirian, selektif  memilih tenaga kerja asing, menggunakan teknologi Barat secara efektif, memegang inisiatif dan kepemimpinan pada satu tangan dan berkonsentrasi pada industri kecil yang dijalankan pribumi. Dari indikator-indikator tersebut pasti kita tahu mengapa kita masih tidak bisa maju seperti Jepang. Faktor pertama adalah kemandirian, tentu saja ini sangat sulit untuk dijalankan oleh warga negara Indonesia apalagi pemerintahannya. Meminta merupakan hal yang paling sering dilakukan warga Indonesia yang juga diikuti oleh manusianya. Sebut saja lanjutnya mengenai campur tangan asing terhadap berbagai kebijakan di Indonesia. Di Indonesia campur tangan asing yang tidak terkendali dan tidak dikontrol tak hanya memengaruhi perekonomian Indonesia tetapi juga kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia. Pengkonsentrasian pada usaha kecil pribumi pun sulit dilakukan, pemerintahan cenderung mementingan investasi luar negeri yang angka nominalnya tak terbatas dibandingkan investasi-investasi kecil pribumi yang merupakan dasar kesejahteraan masyarakat. Kalau sudah begini pemerintahan sulit dipercaya rakyat. Jika kita mau bersama memulai reformasi pemerintahan dan kehidupan yang sebenarnya maka tak perlu melihat negara lain sebagai acuan, landasan-landasan hukum serta norma-norma yang sudah tertanam sejak dulu, sudah cukup untuk membimbing negara ini menjadi lebih baik. 

Comments