Kajian Wacana Versi Barbara Johnstone



I.                KAJIAN WACANA SEBAGAI KONTEKS
            Wacana menurut Barbara Johnstone menekankan pada komunikasi sebagai media bahasa dalam praktek sosial. Dalam teori Johnstone, wacana dibentuk bukan dari dalam wacana itu sendiri melainkan dari aspek di luar wacana (konteks). Setidaknya ada enam aspek yang saling mempengaruhi, aspek tersebut adalah world, languange, participants, prior discourse, media dan purpose. Untuk memahami lebih jauh, Johnstone memberikan beberapa contoh tulisan yang berada di museum Mesir kuno untuk kemudian dihubungkan dalam enam aspek tersebut.

1.1   World
Layaknya komunikasi dalam praktek sosial tentunya pembentukan wacana melibatkan receiver dan sender. Menurut Johnstone, pada prakteknya ‘dunia pemahaman’ sender dan receiver saling tarik menarik dan mempengaruhi sehingga terbentuklah wacana baru. Sebagai contoh, dalam menginterpretasikan soal iklan museum Mesir kuno. Pembaca tidak dituntut untuk mengerti definisi dan istilah tentang jampi, mantera dan sebagainya. Tapi pembaca dengan ‘dunia pemahaman sebelumnya justru mampu menginterpretasi teks deskriptif yang dibuat oleh sender dalam hal ini pembuat teks. Begitu sebaliknya, untuk membuat teks, biasanya creator telah punya ide yang tentunya dipengaruhi oleh pemahaman dari luar.

1.2 Language
Bahasa yang pada dasarnya punya kekuatan mempengaruhi dan mendorong seseorang merupakan salah satu aspek pembentuk wacana. Tak jarang karena sifatnya ini, pihak-pihak tertentu seperti politikus menggunakan aspek tersebut sebagai andalan. Lalu bagaimana aspek bahasa bekerja membentuk wacana? Johnstone memaparkan ada tiga bagian bahasa yang berperan andil yaitu struktur kata, suku kata dan kalimat. Sebagai contoh dalam hal penerjemahan, pemilihan kata, pengetahuan dan interpretasi terhadap teks oleh penerjemah menentukan ‘dunia pemahaman’ bagi si pembaca. Tentu saja, dalam hal ini penerjemah mampu ‘menyetir’ dan bisa memihak pada seseorang atau lembaga lainnya lewat pilihan struktur kata suku kata atau kalimat.

Barbara Johnstone

1.3 Participant
Participant dalam wacana meliputi sender dan receiver atau si pembuat wacana dengan orang yang menginterpretasikannya. Dalam paparan yang disampaikan Johnstone, sender punya posisi penting untuk membentuk wacana baru dari wacana yang telah ada di dalam idenya. Namun kembali lagi wacana yang creator buat semua tergantung dari sasaran receiver dan tujuan creator. Johnstone memberikan contoh untuk memberikan info ke anak-anak, Johnstone menggunakan bahasa anak, yaitu dengan pengulangan untuk menciptakan kohesi antar kalimat dibandingkan dengan penggunaan konjungsi. Unsur terpenting sebagai creator adalah bagaimana creator memposisikan diri sebagai pembaca.

1.4 Prior Discourse
Ketika menginterpretasikan konteks baru, seorang pembaca atau penikmat biasanya menginterpretasikan konteks atau wacana tersebut dengan menghubungkan pengetahuan dan konteks yang sudah terlebih dahulu dia ketahui. Namun bisa saja antara satu dengan yang lain punya konsep yang berbeda sesuai dengan pengetahuan dan kebudayaan di tiap individu.  Jika konteks baru ini terus menerus disajikan creator maka dimungkinkan konteks ini menjadi familiar di dalam masyarakat.

1.5 Media
Media menjadi salah satu unsur pembentuk konsep yang amat penting. Semakin suatu konsep punya daya pikat tinggi dengan mengandalkan warna, bentuk atau hal-hal menarik lainnya maka semakin mudah juga konsep tersebut diperhatikan dan diterjemahkan oleh si penerima. Apalagi jika media berbentuk gambar seperti iklan misalnya, terus ditampilkan maka semakin menarik konteks yang disajikan serta berpengaruh terhadap dalam praktik sosial.

1.6  Purpose
Tujuan adalan alasan mengapa konteks itu dibuat, dari sini si penulis atau pembuat harus menempatkan diri sesuai tujuan yang dia inginkan. Misalnya jika dia memposisikan diri sebagai pendidik maka banyak unsur-unsur imperative di dalamnya. Hal ini menyebabkan pembaca merasa si pembuat Maha Tahu terhadap konteks yang dia buat meskipun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu. Bahkan di beberapa konteks penerjemahan, penerjemah mampu mengubah konteks ke dalam bentuk konteks yang lain sebagai simbol dominasi yang dia miliki.

Sumber :
Johnstone, Barbara.2002.Discourse Analysis. Massachusetts: Blackwell Publisher

Comments