Matahari belum muncul benar saat kami memulai perjalanan menuju Pantai Bira yang letaknya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan-Barat. Saat pemandangan perbukitan di Toraja terasa syahdu benar. Senang melihatnya...
Oh ya patut diingat, khususnya untuk Muslim di sini termasuk daerah yang mayoritasnya beragama Nasrani atau masih menganut kepercayaan nenek moyang jadi sangat susah bagi kita menemukan makanan halal dan salat di masjid.
Beberapa kali gue pernah mencoba salat dengan menanyakan dimana saya bisa salat. Tapi ternyata untuk salat saja saya harus naek becak yang jaraknya sekitar 500 m karena dimana-mana tidak ada tempat salat. Hmmmm. Begitu juga makanan, sebenernya mereka, penduduk Toraja juga sama spt jakarta menjajalan bakso, mie ayam tapi itu biasanya pakai daging babi (hitam).
Jadi hati-hati pastikan halal ya... biasanya toko yang menyajikan masakan halal biasanya pedagangnya berasal dari Jawa atau Makassar hehehe. jadi jauh-jauh ke Toraja makannya tetep bakso milik mas-mas orang Jawa hahaha.
Driver kami yang orang Toraja juga cerita, kalau di Toraja sedikit demi sedikit masuk agama kristen Protestan. Nah, agama ini tidak mengajarkan mengubur mayat selayaknya orang-orang Toraja. Jadi orang-orang yang beragama Toraja mulai mengubur jenazah kerabatanya secara wajar namun tanpa meninggalkan budaya mereka, para jenazah tetap ditempatkan di areal tinggi sebagai penghormatan. Mereka pun membangun rumah-rumah untuk tempat mereka bersemayam dan tidak lagi di tempatkan di tebing-tebing.
Penghormatan terhadap jenazah juga biasanya ditunjukkan dengan mengarak jenazah ke tempat persemayaman terakhir. Orang-orang yang disekitarnya pun diwajibkan berhenti sejenak untuk menghormati jenazah yang lewat. Bahkan mobil kami yang lewat pernah dipukul keras oleh seorang warga yang tengah mengarak jenazah gara-gara mobil kita tetap jalan saat ada jenazah yang lewat.
Sampai di bira hari sudah gelap lagi, hampir 12 jam baru akhirnya sampai ke pantai Bira. Istirahat sebentar langsung kita nikmatin keramaian pantai Bira. Di bibir pantai ada satu cafe ajep ajep dengan musik dan gemerlap laser warna warni. Sudah bisa ditebak lah dalemnya gimana. Beberapa teman gue masuk karena penasaran. Sementara gue milih balik aja ke penginapan, istirahat.
Pagi-pagi kita udah siap-siap mau snorkeling. Pas sampai di pantai ternyata ruameee banget. Tapi pas kita berlayar ke tengah laut baru deh kerasa sepinya hahaha dan bagusnya. Airnya yang hijau toska jernih banget sampai bisa liat ke dasar lautnya. Keren!
Abis main-main di tengah laut kita melipir sejenak di pinggir pantai untuk santap siang dengan ikan laut yang enak banget. Udah puas basah-basahan saatnya jalan-jalan manja di pinggir pantai Bira yang udah mulai sepi. Paling enak jalan-jalan di pinggir pantai yang pasirnya kayak pantai ini, pasirny mirip lada jadi nyaman banget buat bertelanjang kaki.
Lagi jalan-jalan nemu penyu yang ternyata mati kasian banget deh. kok ada yang tega begitu ya. Pokoknya jangan sampai nyakitin atau ngerusak alam dan ekosistem ya teman-teman. Berikut beberapa viewnya.
Oh ya patut diingat, khususnya untuk Muslim di sini termasuk daerah yang mayoritasnya beragama Nasrani atau masih menganut kepercayaan nenek moyang jadi sangat susah bagi kita menemukan makanan halal dan salat di masjid.
Beberapa kali gue pernah mencoba salat dengan menanyakan dimana saya bisa salat. Tapi ternyata untuk salat saja saya harus naek becak yang jaraknya sekitar 500 m karena dimana-mana tidak ada tempat salat. Hmmmm. Begitu juga makanan, sebenernya mereka, penduduk Toraja juga sama spt jakarta menjajalan bakso, mie ayam tapi itu biasanya pakai daging babi (hitam).
Jadi hati-hati pastikan halal ya... biasanya toko yang menyajikan masakan halal biasanya pedagangnya berasal dari Jawa atau Makassar hehehe. jadi jauh-jauh ke Toraja makannya tetep bakso milik mas-mas orang Jawa hahaha.
Driver kami yang orang Toraja juga cerita, kalau di Toraja sedikit demi sedikit masuk agama kristen Protestan. Nah, agama ini tidak mengajarkan mengubur mayat selayaknya orang-orang Toraja. Jadi orang-orang yang beragama Toraja mulai mengubur jenazah kerabatanya secara wajar namun tanpa meninggalkan budaya mereka, para jenazah tetap ditempatkan di areal tinggi sebagai penghormatan. Mereka pun membangun rumah-rumah untuk tempat mereka bersemayam dan tidak lagi di tempatkan di tebing-tebing.
Penghormatan terhadap jenazah juga biasanya ditunjukkan dengan mengarak jenazah ke tempat persemayaman terakhir. Orang-orang yang disekitarnya pun diwajibkan berhenti sejenak untuk menghormati jenazah yang lewat. Bahkan mobil kami yang lewat pernah dipukul keras oleh seorang warga yang tengah mengarak jenazah gara-gara mobil kita tetap jalan saat ada jenazah yang lewat.
Sampai di bira hari sudah gelap lagi, hampir 12 jam baru akhirnya sampai ke pantai Bira. Istirahat sebentar langsung kita nikmatin keramaian pantai Bira. Di bibir pantai ada satu cafe ajep ajep dengan musik dan gemerlap laser warna warni. Sudah bisa ditebak lah dalemnya gimana. Beberapa teman gue masuk karena penasaran. Sementara gue milih balik aja ke penginapan, istirahat.
Pagi-pagi kita udah siap-siap mau snorkeling. Pas sampai di pantai ternyata ruameee banget. Tapi pas kita berlayar ke tengah laut baru deh kerasa sepinya hahaha dan bagusnya. Airnya yang hijau toska jernih banget sampai bisa liat ke dasar lautnya. Keren!
Abis main-main di tengah laut kita melipir sejenak di pinggir pantai untuk santap siang dengan ikan laut yang enak banget. Udah puas basah-basahan saatnya jalan-jalan manja di pinggir pantai Bira yang udah mulai sepi. Paling enak jalan-jalan di pinggir pantai yang pasirnya kayak pantai ini, pasirny mirip lada jadi nyaman banget buat bertelanjang kaki.
Lagi jalan-jalan nemu penyu yang ternyata mati kasian banget deh. kok ada yang tega begitu ya. Pokoknya jangan sampai nyakitin atau ngerusak alam dan ekosistem ya teman-teman. Berikut beberapa viewnya.
Comments
Post a Comment