Perjalanan di Timur Indonesia dilanjutkan ke perbatasan NTT dan Timor Leste. Kabupaten yang dikunjungi namanya Malaka, letaknya berbatasan dengan Timor Leste. Jadi kalau ke sini dapat SMS deh dari Telkomsel kalau kamu lagi ada di pebatasan dan kena roaming. Oke cakep! makanya langsung deh dimatiin sinyalnya.
Rumah si ibu yang satu ini letaknya di tengah pengunungan yang hijau yang udara sejuk dan segar banget. Sesampainya di sana kita disambut ibu-ibu yang sedang mengunyah sirih.
Udara dingin membuat gue selalu pengen buang air kecil dan setiap buang air kecil itulah gue degdegan karena hampir semua toilet mereka dekat dengan kandang babi. Yang dalam bayangan gue itu babi tiba-tiba keluar kandnag trus masuk ke wc yang gue lagi ad di dalamnya. horor banget kan.
Masalahnya babinya itu bukan babi pink2 tpi semacam celeng yang bulunya super hitam.
Oke balik lagi ke perkumpulan ibu-ibu Malaka ini. Gue selalu salut sama orang-orang yang meski kondisinya terbatas begini mereka tuh bisa maju. Ada ibu yang saat rumahnya terbakar habis dia mengadu nasib ke Malaysia meski jadi TKI ilegal, Pulang-pulang dia membangun rumah dan sekolah S1 dong. keren banget kan. Meski udah gak muda tetap sadar pendidikan. gue suka banget nih model begini!
Kita juga diajak ke rumahnya yang kalau di sana sudah lumayan bagus karena lantainya tidak lagi tanah dan rumahnya sudah semi tembok, berbeda dengan rumah kebanyakan di NTT khususnya perbatasan.
Yang mempunyai rumah tembok itu cuma PNS dan TKI konon katanya begitu, miris ya.
Oh ya, di part 1 gue lupa kalau gue sempet mampir fot-foto. Ketika temen gue anak jakpost sibuk foto di ladang jagung. Gue malah ilang ke rumah khas NTT, Umah Klaran.
Di sini ada seorang nenek yang asyik nyirih tanpa alas, pas ditanya gak bisa bahasa Indonesia dong. Untuk ada anaknya yang membatunya. cerita lengkapnya bisa dilihat di link ini.
https://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-umah-klaran-rumah-adat-ntt-yang-kental-ritual-adat.html
Oh ya catatan juga di NTT ini banyak keliran anjing liar. Untungnya banyak dari orang NTT mesti ga dikampanyein harus jangan sara, mereka udah tahu caranya menghormati tamu muslim
Mereka tidak menyajikan masakan babi dan mengusir anjing yang dekat2 saya karena saya ketakutan banget. hahahah
Lepas dari rumah si ibu keren itu, kita mampir ke pos perbatasan Timor Timur di Atambua. Sebenarnya mau masuk tapi enggak bawa paspos jadilah kita selfi2 aj di pos tersebut.
dan menjelang gerbang ditutup, hujan pun turun. Jalan menuju ke sana lumayan rusak dengan pepohonan rindang banget. Enggak jauh dari situ ada kamp pemukiman pengungsi korban konflik Timor waktu Timor mau merdeka.
Gue cuma ngeliat gubuk gubuk mereka, huh padahal rasanya mau banget ke sana dan dengar cerita-cerita mereka.
Kalau ke Malaka juga jangan lupa cicipi pisang pake sambel tomat. Pisang luan di sana rasanya mirip singkong jadi pas tuh pake sambel.
Rumah si ibu yang satu ini letaknya di tengah pengunungan yang hijau yang udara sejuk dan segar banget. Sesampainya di sana kita disambut ibu-ibu yang sedang mengunyah sirih.
Udara dingin membuat gue selalu pengen buang air kecil dan setiap buang air kecil itulah gue degdegan karena hampir semua toilet mereka dekat dengan kandang babi. Yang dalam bayangan gue itu babi tiba-tiba keluar kandnag trus masuk ke wc yang gue lagi ad di dalamnya. horor banget kan.
Masalahnya babinya itu bukan babi pink2 tpi semacam celeng yang bulunya super hitam.
Oke balik lagi ke perkumpulan ibu-ibu Malaka ini. Gue selalu salut sama orang-orang yang meski kondisinya terbatas begini mereka tuh bisa maju. Ada ibu yang saat rumahnya terbakar habis dia mengadu nasib ke Malaysia meski jadi TKI ilegal, Pulang-pulang dia membangun rumah dan sekolah S1 dong. keren banget kan. Meski udah gak muda tetap sadar pendidikan. gue suka banget nih model begini!
Kita juga diajak ke rumahnya yang kalau di sana sudah lumayan bagus karena lantainya tidak lagi tanah dan rumahnya sudah semi tembok, berbeda dengan rumah kebanyakan di NTT khususnya perbatasan.
Yang mempunyai rumah tembok itu cuma PNS dan TKI konon katanya begitu, miris ya.
Oh ya, di part 1 gue lupa kalau gue sempet mampir fot-foto. Ketika temen gue anak jakpost sibuk foto di ladang jagung. Gue malah ilang ke rumah khas NTT, Umah Klaran.
Di sini ada seorang nenek yang asyik nyirih tanpa alas, pas ditanya gak bisa bahasa Indonesia dong. Untuk ada anaknya yang membatunya. cerita lengkapnya bisa dilihat di link ini.
https://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-umah-klaran-rumah-adat-ntt-yang-kental-ritual-adat.html
Oh ya catatan juga di NTT ini banyak keliran anjing liar. Untungnya banyak dari orang NTT mesti ga dikampanyein harus jangan sara, mereka udah tahu caranya menghormati tamu muslim
Mereka tidak menyajikan masakan babi dan mengusir anjing yang dekat2 saya karena saya ketakutan banget. hahahah
Lepas dari rumah si ibu keren itu, kita mampir ke pos perbatasan Timor Timur di Atambua. Sebenarnya mau masuk tapi enggak bawa paspos jadilah kita selfi2 aj di pos tersebut.
dan menjelang gerbang ditutup, hujan pun turun. Jalan menuju ke sana lumayan rusak dengan pepohonan rindang banget. Enggak jauh dari situ ada kamp pemukiman pengungsi korban konflik Timor waktu Timor mau merdeka.
Gue cuma ngeliat gubuk gubuk mereka, huh padahal rasanya mau banget ke sana dan dengar cerita-cerita mereka.
Kalau ke Malaka juga jangan lupa cicipi pisang pake sambel tomat. Pisang luan di sana rasanya mirip singkong jadi pas tuh pake sambel.
Comments
Post a Comment